Saturday, January 20, 2007

“Agama Baru atau Merek Dagang Baru?"; Membedah “The Secret”, Rhonda Byrne

Ketika ditelurusuri dengan seksama banyak komponen dalam buku “The Secret” bertentangan dengan konsep teologi konvensional yang mengenal Tuhan sebagai kekuatan tunggal dengan segala ke “Maha-an” Nya.. Untuk itu buku ini harus dibaca dengan bijak sebagai sebuah referensi populer walau banyak orang berfikir ini adalah  “kekuatan baru” bahkan “agama baru”. Sama seperti ketika anda membaca pikiran-pikiran Mussolini, anda tidak harus menjadi seorang facist karenanya atau pikiran-pikiran Lenin tidak harus membuat anda menjadi seorang komunis.

Saya duduk di kelas 6 SD pertama kali saya membaca sebuah buku yang saya “curi” dari lemari ayah saya berjudul “You Can If You think You Can”, karya Dr. Norman Vincent Peale. Itu sekitar 28 tahun yang lalu. Buku itu pertama kali diterbitkan pada tahun 1959, dan pada saat pertama kali saya  membacanya, sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Buku itu adalah lanjutan dari buku “The Power of Positive Thinking” yang juga ditulis oleh Peale pada tahun 1952. Pertama kali membacanya tentu pikiran kanak-kanak saya tidak dapat mengerti banyak hal, akan tetapi contoh-contoh kasus dalam buku itu saya baca seperti membaca sebuah cerita, dan satu hal yang tertangkap lewat pikiran sederhana saya pada waktu itu adalah :”tak ada yang tak mungkin, saya pasti bisa jika saya berpikir saya bisa,”

Buku Peale itu sangat mempengaruhi hidup saya dan telah puluhan kali saya baca termasuk versi bahasa Inggrisnya. Dalam keadaan paling sulit dan tertekan, saya akan selalu teringat pada buku itu dan berusaha men-switch pikiran-pikiran negatif saya ke pikiran positif dengan kalimat “I can do this, yes I can, I know I can”.  Norman Peale mengajar saya untuk mengundang elemen positif dalam keadaan paling negatif tanpa mencederai konsep teologi yang saya anut. Buku-buku Norman Peale sampai hari ini masih dicetak dan saya sendiri sering mengutipnya dalam seminar/pelatihan management yang saya bawakan.

Tahun 2006, Buku “The Secret” karangan Rhonda Byrne, datang dan memberikan sebuah fenomena baru di Amerika, bahkan dunia dan Indonesia. Buku dan VCD-nya yang menjadi best seller itu banyak dicari orang. Saya termasuk yang menelaah buku ini, membaca versi bahasa Indonesia dan Inggrisnya, serta menonton VCD-nya. Tidak seperti buku Norman Peale di atas, “The Secret” meraih pembacanya dengan pendekatan spiritual mendalam. Buku ini akhirnya mengundang banyak pro-kontra dan kelompok konvensional terutama theologian menganggapnya sebagai “New Age Religion”, karena dianggap memiliki pertentangan dengan konsep “God is Creator”, Tuhan adalah Pencipta.

Rhonda Byrne melukisan “The Secret” sebagai nama lain dari "the law of attraction" atau “hukum tarik-menarik”. “Think good thoughts, and good things will come your way. Conversely, if your life is filled with troubles, it's because of your negative thoughts”, kata Byrne. "Pikirkan hal-hal yang baik dan hal-hal baik akan datang kepadamu. Sebaliknya, jika hidupmu penuh dengan permasalahan, itu adalah karena pikiran-pirkiran negatif-mu”. 

“Your thoughts are powerful, and if you harness them properly they will bring you health, wealth, a better job anything you want” . “Pikiran-pikiranmu adalah kekuatan yang dahsyat, dan jika engkau mempergunakannya dengan benar, pikiran-pikiranmu itu akan membawamu pada kesehatan, kekayaan, pekerjaan bagus dan apapun yang engkau inginkan”. 

Sampai disitu Byrne masih sejalan dengan Norman Peale dan orang-orang beraliran konvensional, yang berbicara mengenai positivisme versus negativisme, sebelum beberapa hal berikut yang membuat banyak dahi berkerut. Berikut saya kutip dari versi bahasa Inggrisnya;
“You are God in a physical body. ... You are perfection. You are magnificence. You are the creator, and you are creating the creation of you on this planet”. "Engkau adalah Tuhan dalam wujud fisik tubuhmu, engkau adalah kesempurnaan. Engkau adalah ke-luar-biasa-an. Engkau adalah pencipta, dan engkaulah yang menciptakan segala penciptaan di atas planet ini”

"You are the creator of you, and the law of attraction is your magnificent tool to create whatever you want in your life," “Engkau adalah pencipta dari dirimu, hukum tarik-menarik adalah alat dahsyat untuk menciptakan apapun yang engkau inginkan dalam hidupmu”

Tak ada hal baru dalam buku “The Secret” selain terminologi “The Secret” dan gambaran Byrne mengenai mudahnya mewujudkan mimpi-mimpi kita. “The Secret” memberikan solusi atas semua problem dengan kekayaan, pekerjaan bagus, dan jodoh lewat “the law of attraction”, hukum tarik-menarik.  Padahal untuk saya   dan banyak orang, pada kenyataannya,  men-switch pikiran negatif menjadi positif saja sudah menjadi pekerjaan yang tidak mudah.

Terlepas dari banyaknya konsep dalam buku “The Secret” yang membuat para theologian marah atau “the conventional believer” mencibir, Rhonda Byrne memang membuktikan mampu menggebrak dunia dengan “merek dagang” “The Secret” yang ia klaim sebagai sebuah “penemuan” atas sebuah proses pencaharian kekuatan spiritual dalam setiap diri individu. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi kaum conventional theologian untuk menjaga komunitas mereka dengan pendekatan spiritual lebih dahsyat dari “The Secret”.
 
Saya, sekali lagi menyikapi “The Secret” seperti membaca sebuah buku mengenai “positivisme versus negativisme” yang sangat sederhana. As simple as that! Dan penemuan atas kekuatan pikiran positif lewat buku Norman Vincent Peale, 29 tahun yang silam, tetap saya anggap sebagai penemuan pertama saya atas “kekuatan pikiran positif”.
 
Untuk saya, pikiran-pikiran positif akan membantu semua orang untuk mencapai hal-hal besar. Sure! Akan tetapi bukan berarti kita dapat berharap segala sesuatunya dapat dicapai secara “magis” seperti yang tersirat dalam “The Secret”. 

             Anda sendiri bagaimana?